“A great civilization is not conquered from without until it has
destroyed itself from within. – Sebuah bangsa yang agung tidak dapat
terkalahkan kecuali diakibatkan budaya-budaya di dalam masyarakat itu
sendiri.”
Will Durant.
Budaya adalah sesuatu yang
mempengaruhi pola kehidupan sekaligus dipengaruhi dinamika
masyarakatnya. Sehingga perubahan budaya itu sendiri bersifat statis
atau tak dapat kita elakkan. Salah satu contohnya adalah budaya Republik
Rakyat Tiongkok yang sudah ikut mewarnai kehidupan dan budaya bangsa
Indonesia.
oleh Andrie Wongso
Hal
itu dikemukakan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara
Malam Peringatan 50 Tahun Kerjasama Kebudayaan RI dan RRT. Kebetulan
saya menjadi salah seorang tamu undangan pada acara yang diselenggarakan
pada tanggal 28 Februari 2007 lalu. Dalam kesempatan tersebut, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa selama ini telah terjalin
komunikasi lintas etnis antara bangsa Indonesia dan Tionghoa dan sudah
mempengaruhi budaya bangsa Indonesia.
Dalam acara pertunjukan
budaya yang dimeriahkan oleh artis-artis RRT dan Indonesia serta
dihadiri sejumlah pejabat negara dan sekitar 5.000 orang itu, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia sudah terbuka dan mampu menyesuaikan diri lewat komunikasi
budaya. Pemerintah RI pun mendukung perubahan tersebut, salah satunya
adalah menetapkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional.
Berbicara
tentang ragam budaya yang dinamis dan saling mempengaruhi, sesungguhnya
yang terpenting bagi kita adalah mengambil nilai positif dari pengaruh
budaya yang ada, terutama di tengah gencarnya pengaruh gaya hidup modern
di era globalisasi ini. Sebagaimana seorang ahli sejarah, yaitu Will
Durant, menyebutkan bahwa sebuah bangsa yang agung sekalipun dapat
hancur akibat budaya bangsa itu sendiri. Sehingga kita harus pandai
menyeleksi apakah budaya yang masuk itu menjadikan kita lebih maju
ataukah tidak.
Salah satu faktor yang harus kita perhatikan
apakah nilai-nilai budaya tersebut membuat kita mampu bersikap saling
menghargai? Karena budaya sikap yang membeda-bedakan berdasarkan status,
jabatan, pendidikan dan lain sebagainya menjadikan kita sulit mencapai
kemajuan. “The way you give your name to others is a measure of how much
you like and respect yourself. – Cara Anda menghargai orang lain
merupakan tolok ukur seberapa besar cinta dan penghargaan Anda terhadap
diri sendiri,” kata Brian Tracy. Sikap saling menghargai memungkinkan
kita dapat mengesampingkan perbedaan dan sama-sama aktif mengembangkan
diri, berkreasi, berinovasi dan mencapai kemandirian.
Selain itu
kita dapat melihat kemajuan pesat yang dicapai bangsa Jepang dalam
waktu relatif singkat. Salah satu faktor yang menstimulasi kemajuan
tersebut adalah kerja keras bangsa Jepang sendiri. Sedangkan mekanisme
di negara tersebut bersifat mendukung dan menghargai kerja keras
seseorang. Kitapun kemungkinan besar dapat mencapai kemajuan dalam kurun
waktu yang cukup cepat jika kita berusaha menyerap dan menerapkan
budaya sikap aktif dan kerja keras seperti yang dilakukan oleh bangsa
Jepang.
Salah satu budaya positif lain yang mesti kita miliki
adalah kesederhanaan, meskipun mungkin kita dapat hidup serba mewah dan
modern. Hidup sederhana bukan berarti tidak memanfaatkan segala
fasilitas yang memungkinkan kita lebih maju dalam waktu cukup cepat,
melainkan hidup hemat, tidak boros atau berlebih-lebihan.Kata Henry
David Thoreau, “A man is rich in proportion to the things he can afford
to let alone. – Seseorang yang mampu hidup sederhana, maka ia tidak akan
pernah merasa kekurangan.”
Selain itu kita juga harus
memperhatikan apakah budaya yang akan kita ikuti bermanfaat bagi
kehidupan dan kemanusiaan? Budaya positif haruslah menumbuhkan empati
dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena dunia ini penuh dengan
orang-orang yang malang. Bagi diri kita sendiri membudayakan sikap yang
penuh empati merupakan sumber semangat untuk terus berupaya menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Budaya positif lainnya yang mesti
kita serap dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya untuk
menjadi subyek bukan sekedar menjadi obyek. Artinya, kita harus terbiasa
bersikap aktif dan kreatif menciptakan karya baru yang bernilai jual
tinggi. Budaya tersebut tentu saja memerlukan kesadaran untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, misalnya; senantiasa
meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui kursus, seminar,
belajar dari buku dan orang-orang yang sudah berpengalaman dan lain
sebagainya.
Sebenarnya masih sangat banyak budaya positif yang
sangat bermanfaat untuk membangun kehidupan kita agar menjadi bangsa
yang lebih sukses, kuat dan bermartabat. Terlebih di tengah derasnya
modernisasi informasi dan serba cepat, kita dapat dengan mudah mengakses
budaya-budaya positif dari berbagai macam etnis, suku, atau bangsa lain
di seluruh bagian dunia ini. Meskipun mungkin agak sulit memulai,
tetapi selama ada kemauan dan kita terus mencoba maka budaya-budaya
positif itu lambat laun akan benar-benar menjadi warna kehidupan kita
sehari-hari. Michael Jordan mengatakan, “I can accept failure. But I
can’t accept not trying. – Saya dapat menerima kegagalan. Tetapi saya
tidak dapat menerima jika tidak mencobanya.”
Minggu, 07 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar