Minggu, 10 Agustus 2014

0 Jadilah Legenda

Hembus angin yang terasa panas keringat menetes didada
Tiada henti kau bekerja keras berjuang demi cinta

Untuk Indonesia teruslah bertahan
Walau kau di hancurkan disakiti kau tetap berdiri, disini
Untuk Indonesia jadilah legenda, kita bisa dan percaya

Lihat laut dari banyak ombak gemulainya pohon kelapa
para gadis yang mulai menari kibarkan merah putih

Untuk Indonesia kita punya sawah
pilu bagainya kekayaan alam yang tak tertahankan
Untuk Indonesia jadilah legenda, kita bisa dan percaya

Darah Indonesia, aku lah halilintarmu
Darah Indonesia, merdeka tuk selamanya
Darah Indonesia, walau badai menghadang kau takkan pernah hilang
walau badai menghadang kau takkan hilang

Jumat, 08 Agustus 2014

0 Superman Is Dead - Sunset Di Tanah Anarki



Andaiku malaikat, kupotong sayapku dan rasakan perih di dunia bersamamu 
Perang kan berakhir, cinta kan abadi, di tanah anarki romansa terjadi

Desing peluru tak bertuan, hari-hari yang tak benderang 
Setiap detik nyawa ini kupertahankan untukmu 

Alasanku ada di sini, dan parasmu yang kurindukan 
Di neraka kan kumenangkan, hariku bersamamu
 
Dalam gelisahku menunggu, berita tentang gerilyamu 
Semerbak rindu kuasai udara panas ini
Sepucuk surat telah tiba, dan senja pun ikut berdebar 
Kalimat indah dan kisahmu tentang perang dan cinta
 
Kubasuh luka dengan air mata 
Oh hatimu beku, serta jiwamu yang lelah
Tak henti lawan dunia dengan mimpi besar untuk cinta 
Dan jalanmu tuk pulang, di ujung waktu kan ada cahaya
Itulah aku, raihlah mimpimu

Rabu, 08 Mei 2013

0 Pendidikan Sebenarnya

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya memposting tulisan Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) tentang konsep pendidikan melalui notes facebook-nya. Karena isi dari tulisan beliau sungguh menggugah, maka dalam laman ini, saya ingin berbagi kepada rekan-rekan semuanya, khususnya yang bergerak di dunia pendidikan. Semoga bermanfaat bagi kita untuk merenungi hikmahnya dan menerapkan apa yang didapat :)
 
Pendidikan Sebenarnya
Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.
Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya.
Dia pun tersenyum.
 
BUDAYA MENGHUKUM
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,”lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.
***
Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.
Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.
Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
 
MELAHIRKAN KEHEBATAN
Bisakah kita mencetak orang orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya.
Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.

Sumber : https://indonesiamengajar.org/kabar-terbaru/pendidikan-sebenarnya

Minggu, 14 April 2013

0 MAKALAH Metodologi Penelitian, Pendidikan & Pengajaran Matematika Tentang PENELITIAN DESKRIPTIF

0 Macam Macam Penelitian deskriptif


Macam-Macam Penelitian Deskriptif (description research) – siputRO.com. Waktu terus berjalan seiring jalannya kalender akademik. Tak terasa kini kuliahku memasuki semester 6 dan ini berarti saya harus mempersiapkan diri untuk melakukan tugas akhir, penelitian. Tak akan bisa jika tidak belajar, oleh karenanya saat ini saya lebih memfokuskan diri untuk mempelajari segala sesuatu yang ada di dalam sebuah penelitian. Dan hari ini akan saya mulai dengan macam-macam penelitian deskriptif yang perlu kita ketahui.
Penelitian deskriptif atau description research adalah penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan suatu objek tertentu, dimana setelahnya hasil penelitian akan dipaparkan dalam sebuah laporan penelitian. Disebutkan dalam buku “Prosedur Penelitian” (Arikunto .S: 2010) penelitian deskriptif adalah penelitian yang paling sederhana karena pada penelitian deskriptif ini peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek yang diteliti. Seorang peneliti hanya melkukan pengamatan terhadap objek penelitian dan kemudian memaparkan hasil penelitiannya dalam laporan penelitian.
Setidaknya ada 4 jenis penelitian deskriptif, yakni:
Penelitian Deskriptif Murni (survei)
Penelitian deskriptif murni adalah penelitian yang memaparkan secara murni hasil dari objek yang diamati. Selanjutnya data yang diperoleh dikelompokkan terhadap klasifikasi tertentu dan kemudian baru diambil kesimpulan. Sebagai contoh dari penelitian deskriptif ini adalah penelitian terhadap prestasi siswa dalam sebuah sekolah dasar dimana peneliti akan memaparkan segala sesuatu yang berhubungan dengan siswa dan sekolah mulai dari jumlah siswa, prestasi siswa, guru-guru dan lingkungan sekolah yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar siswa dan kemudian disusun dalam sebuah laporan penelitian.
Penelitian Deskriptif Hubungan (korelasi)
Penelitian yang selanjutnya adalah penelitian hubungan atau penelitian korelasi. Penelitian hubungan ini adalah penelitian yang dilakukan seorang peneliti dengan maksud untuk mengetahui tingkat hubungan antara 2 variable atau lebih tentu saja dengan tanpa melakukan perubahan terhadap objek.
Penelitian hubungan atau korelasi ini terbagi menjadi 2 jenis, yakni:
  1. Penelitian korelasi sejajar
    contoh: penelitian hubungan antara usia dengan kesehatan penduduk.
  2. Penelitian korelasi sebab-akibat
    contoh: penelitian tingkat hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan tinggi penghasilannya.
Penelitian Deskriptif Komparasi
Penelitian komparasi atau perbandingan adalah penelitian yang menekankan pada perbandingan 2 objek atau lebih dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan maksud mengetahui adakah perbedaan dan menentukan mana kondisi yang lebih baik. Contoh, penelitian yang dilakukan seorang guru untuk membandingkan prestasi hasil belajar siswa SMP yang berasal dari MI dan SD.
Penelitian Deskriptif Penelusuran (racer study)
Penelitian penelusuran ini adalah penelitian yang dilakukan seorang peneliti yang mencoba menelusuri peristiwa dimasa lalu dan mencari akibatnya pada masa sekarang. Sebagai contoh adalah seorang peneliti yang mencoba meneliti tentang kebijakan suatu sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa pada masa lalu dan mencari apakah berdampak positif pada para alumni sekolah di masa sekarang.

Rabu, 10 April 2013

0 Bayang Bayang Ilusi

Kala mataku terpejamSunyinya malamKala hasratku membaraKhayal smakin tinggi
Seribu asa hadir di sekililingkuBangkitkan gairah hidupSejuta harapan di dalam jiwakuWalau semua masih di dalam angan
Jurang curam menghadangkuGetarkan jiwaDan pekatnya kegelapanDatang melanda
Keraguan kini menjelma di dadaMusnahkan segala asaSemua harapan yang dulu pernah adaTiada tersisa…
Haruskah ku hidup dalam angan - anganMerengkuh ribuan impianHaruskah ku lari dan terus berlariMengejar bayang - bayang ilusi
Bayangan ilusiHanya fantasiBayang ilusi
Haruskah ku hidup dalam angan - anganMerengkuh ribuan impianHaruskah ku lari dan terus berlariMengejar bayang - bayang ilusiMerengkuh ribuan impianHaruskah ku lari dan terus berlariMengejar bayang - bayang ilusi
Bayangan ilusiHanya fantasiMengejar ilusiTerus BerlariBayang Ilusi
by : Anggun C sasmi

0 Penelitian Deskriptif

Setelah mempelajari materi ini, anda diharapkan akan dapat:
  • Menjelaskan prinsip-prinsip pemahaman menggunakan metode pemahaman deskriptif.
  • Menguasai macam-macam penelitian deskriptif.
  • Menggunakan penelitian deskriptif sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya.
  • Menyebutkan tiga macam penelitian deskriptif dengan tepat.
  • Menerangkan langkah-langkah penelitian deskriptif secara benar.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Disamping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini  sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau  dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.

Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya  memiliki proses dan sadar yang sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati, dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilaukan untuk mendapatkan gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptifi, peneliti memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antarvariabel.
Penelitian deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut.
Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yag sangat sediit, akibatnya biasa dalam membuat kesimpulan.

Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan reliable.
Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.

LANGKAH DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN DESKRIPTIF

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut.
  1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
  2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
  3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
  4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
  5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
  6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.
  7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
  8. Membuat laporan penelitian

MACAM-MACAM PENELITIAN DESKRIPTIF
Banyak jenis penelitian yang termasuk sebagai penelitian deskriptif. Setiap ahli penelitian sering dalam memberikan infomasi tentang pengelompokan jenis penelitian deskriptif, cenderung sedikit bervariasi. Perbedaan itu biasanya dipengaruhi oleh pandangan dan pengetahuan yang menjadi latar belakang para ahli tersebut. Perbedaan pandangan tersebut, salah satu diantaranya bila dilihat dari apek bagaimana proses pengumpulan data dalam penelitian deskriptif dilakukan oleh  peneliti.

Dari aspek bagaimana proses pengumpulan data dilakukan, macam-macam penelitian deskrptif minimal dapat dbedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan dari atau self-report, studi perkembangan, studi lanjutan, (follow-up study), dan studi sosiometrik.

Penelitian Laporan Dari (Self-Report research)
Dari kaitannya dengan data yang dikumpulkan maka penelitian deskriptif mempunyai beberapa macam jenis termasuk di antaranya laporan diri dengan menggunakan observasi. Dalam penelitian self-report, informasi dikumpulkan oleh orang  tersebut yang juga berfungsi sebagai peneliti.
Dalam penelitian self-report ini penelitian dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatanya dalam situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan menggunakan perlengkapan lain seperti catatan, kamera, dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan.

Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa dalam menggunakan metode observasi dalam melakukan wawancara, para peneliti harus dapat menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang maksimal. Salah satu contoh penelitian menggunakan self-report dapat dilihat dalam laporan tentang studi Kelembagaan dan Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah. 

Contoh Penelitian Deskriptif menggunakan self-report
Studi Kelembagaan dan Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah

Studi banding tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan usaha kecil menengah ini mempunyai 5 tujuan penting, yaitu :
  • Mengidentifikasi faktor-faktor pembangunan usaha mikro kecil dan menengah melalui sistem kelembagaan.
  • Memperoleh informasi tentang faktor-faktor pengembangan kelembagaan bagi koperasi usaha kecil dan menengah.
  • Meningkatkan kerja sama lembaga pemerintah agar secara komperehensif mempunyai sistem pembiayaan yang relevan dengan kebutuhan para pengusaha.
  • Merumuskan kebijakan, implementasi, dan sistem monitoring yang relevan dengan kelembagaan dan sistem pembiayaan  usaha kecil dan menengah.
  • Memperoleh model best practice tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan di Negara Filipina yang mungkin dapat diterapkan sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.
Penelitian studi banding ini menggunakan metode dekriptif dengan pendekatan self-report. Tempat penelitian adalah lembaga tinggi depertemen perdagangan dan industri dan lembaga lain dan lembaga lain yang menangani pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah. Lembaga lembaga lain tersebut termasuk kantor Biro Pengembangan Usaha Kecil Menengah (BSMD), Kantor Technology Livelihood Resource Center (TLRC). COLOMBO PLAN STAFF CALLEGE (CPSC), dan Technology Universisty of Philippines (TUP). Subjek penelitiannya adalah nara sumber yang memiliki informasi yang diperlukan dan mereka yang berhasrat dan bersedia bekerja sama dalam memberikan informasi.

Studi banding ini  mempunyai hasil yang dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu lembaga pengelolaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan menengah. Yang berkaitan dengan lembaga pengelola UKM diantaranya adalah termasuk:
Pengembangan usaha kecil dan menengah di pilipina dibawah Department Of Trade and Industry (DTI), dengan melibatkan beberapa biro yang ada ditingkat nasional dan regional.

Yang termasuk pengusaha kecil dan menengah di pilipina, adalah para pengusaha atau entrepreneur ,baik indifidual maupun kelompok warga Negara Filipina yang memiliki ciri–ciri seperti berikut : Pengusaha mikro mempunyai asset <P1,500,001; pengusaha kecil mempuyai asset P 1,500,001-P 15,000,000; dan pengusaha menengah mempuyai P15,000,001-P60,000,000

Ada enam lembaga tinggi Negara dan beberapa kantor yang relevan dengan macam-macam kegiatan bisnis sebagai sebagai tempat pendaftaran dan yang akan membantu perkembangan dan pertumbuhan usaha baru tersebut. Program pemerintah yang terkait dengan usaha kecil dan menengah di lakanakan oleh semua lembaga yang relevan termasuk kantor yang berada dibawah tanggung jawab departemen perdagangan dari industri, depertemen keuangan, anggaran dan manajemen. Pertanian, reformasi agraria, lingkungan dan sumber daya alam, tenaga kerja dan perburuhan, transportasi dan komunikasi, pekerjaan dan pubik jalan raya, pemerintah dan dan pariwisata, sains dan teknologi, ekonomi nasional dan otoritas pengembangan semua Bank sentral Filipina baik tingkat nasional, regional, dan provinsi. Pada masing-masing kantor lembaga mempunyai prosedur, wewenang,dan jumlah pembiayaan pendaftaran yang dicantumkan secara jelas. Wewenang, prosedur dan jumlah biaya yang jelas tersebut, pada prinsipnya adalah untuk mempermudah bagi para pengusaha, kita mereka melakukan pendaftaran usahanya ke kantor lembaga tersebut.

Studi Perkembangan (Developmental Study)
Studi perkembangan atau devlopmental study banyak dilakukan oleh peneliti di bidang pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku, sasaran penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut variabel tingkah laku secara individual maupun dalam kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang utamakan membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti.

Studi perkembangan biasanya di lakukan dalam periode longitudinal dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan demensi yang terjadi pada seorang respoden. Demensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya: intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadapan tertentu, dan perkembangan sosoial anak. Studi perkembangan ini biasa dilakukan baik secara cross-sectional atau logiotudinal.

Jika penelitian dilakukan dengan model cross-sectional, peneliti pada waktu yang sama dan disimultan menggunakan berbagi tingkatan variabel untuk diselidiki. Data yang diperoleh dari masing-masing tingkat dapat dideskripsi dan kemudian di komparasi atau dicari tingkat asosiasinya. Dalam penelitian perkembangan model longitudinal, peneliti menggunakan responden sebagai sampel tertentu, misalnya: satu kelas satu sekolah, kemudian dicermati secara intensif perkembangannya secara continue dalam jangka waktu tertentu seperti tiga bulan, enam bulan, satu tahun. Semua fenomena yang muncul didokumentasi untuk digunakan sebagai informasi dalam menganalisis guna mencapai hasil penelitian.

Studi Kelanjutan (Follow-up study)
Study kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan, misalnya rogram pendidikan. Studi kelanjutan ini di lakukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evaluasi eksteral, setelah subjek atau responden menerima program di suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh Badan Akreditasi Nasional menganjurkan adanya informasi tingkat serapan alumni dalam memasuki dunia kerja, setelah mereka selesai program pendidikannya. Dalam penelitian studi kelanjutan biasanya peneliti mengenal istilah antara output dan outcome. Out (keluran) berkaitan dengan informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan kepada subjek sasaran di selesaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan data yang di ambil dari outcome (hasil) biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan, misalnya program pendidikan kepada subjek yang di teliti setelah mereka kembali ke tempat asal yaitu masyarakat.

Studi Sosiometrik (Sociometric study)
Yang dimaksud dengan sosiometrik adalah analisis hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok individu. Melalui analisis pilihan individu atas dasar idola atau penolakan sesorang terhadap orang lain dalam suatu kelompok dapat di tentukan. 
Prinsif teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah penanyakan pada masing-masing anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan denga siapa dia paling suka, untuk bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Pada kasus ini, dia dapat memilih satu atau tiga dalam kelompoknya. Dari setiap anggota, peneliti akan memperoleh jabatan yang bervariasi. Dengan menggunakan gambar sosiogram, posisi seseorang akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi. 

Dalam sosiogram tersebut pada umumnya digunakan beberapa batasan istilah yang dapat menunjukan posisi individu dalam kelompoknya. Beberapa istilah tersebut seperti misalnya: 
  • “Bintang”  diberikan kepada mereka yang paling banyak dipilih oleh para anggotanya,
  • “Terisolasi” di berikan kepada mereka yang tidak banyak dipilih oleh para anggota dalam kelompok,
  • “Klik” diberikan kepada kelompok kecil anggota yang saling memilih masing orang dalam kelompoknya.

Dibidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan untuk menentukan hubungan variabel status seseorang misalnya pemimpin formal, pemimpin dalam lembaga pendidikan atau posisi seseorang dalam kelompoknya dengan variabel dalam kegiatan pendidikan. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarlkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakeristik objek yang di teliti secara tepat.

Penelitian deskriptif mempunyai keunikan diantaranya, seperti berikut. 
  • Menggunakan kuesioner atau wawancara sering kali hanya mendapatkan responden yang sedikit yang dapat menakibatkan biasanya kesimpulan;
  • Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadang kala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai;
  • Memerlukan permasalahan yang di rumuskan ssecara jelas, agar pada waktu menjaring data di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan.
Dilihat dari aspek pengumpulan data di lapangan, penelitian deskriptif dapat dibedakan antara lain menjadi penelitian diri, studi perkembangan, studi kelanjutan, dan studi sosiometrik.
  • Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah seperti berikut.
  • Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
  • Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
  • Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
  • Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
  • Menentukan kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
  • Mendesain metode penelitian yamg hendak di gunakan, termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpul data, dan menganalisis data.
  • Mengumpulkan dan mengorganisasi serta menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika  yang relevan.
  • Membuat laporan penelitian

0 76 PERSEN WANITA Hobi Intip Profil Facebook Mantannya

Pernahkah Anda melirik-lirik akun profil mantan di Facebook atau melihat foto-foto lama saat Anda dan si mantan masih bahagia di akun Flickr atau mencari tahu siapa pacar terbaru si dia?

Jika jawabannya “Ya” berarti Anda mengerti betapa dunia internet beserta media sosial tidak memudahkan kita untuk melupakan mantan dan berani “move on” karena kita banyak kali tergoda dengan media sosial tersebut untuk mencari tahu mengenai si dia.

Sebuah situs bernama www.BreakUpWithYourEx.com melangsungkan sebuah polling yang dilakukan 22 Desember 2010-5 Januari 2011 silam terhadap sekitar 1.000 responden. Situs ini ingin mendengungkan kampanye “putus dengan mantan” di Facebook sebelum Hari Valentine.

Ingin menggali lebih dalam lagi seputar keterikatan dengan mantan, situs ini menggelar polling tadi, yang ternyata hasilnya cukup membuat mereka tercengang. Ternyata kebanyakan dari kita masih belum benar-benar terlepas dari mantannya, tak terbatas mereka yang baru saja putus dari mantannya.
Bahkan, mereka yang sudah bertahun-tahun putus hubungan dengan mantannya pun kadang masih belum benar-benar “putus”, baik dari perasaan maupun kontak lewat internet.

Berikut ini hasil survei mereka:
* 71 persen responden yang sudah punya pasangan baru mengatakan, mereka masih terlalu sering memikirkan mantannya. Sementara itu, mereka yang masih lajang, angkanya meninggi menjadi 81 persen.
* Lebih dari setengah responden yang lajang mengatakan, masih memikirkan mantannya membuat mereka sulit mendapatkan pasangan baru.
Tak hanya mereka yang masih melajang yang menemukan masalah ini. Responden yang sudah menikah pun merasa masih terobsesi dengan mantannya.
* Hampir dua pertiga orang yang sudah menikah (60 persen) setuju bahwa mantan mereka masih menghantui pikiran dan sekitar 36 persennya mengatakan, kedekatan itu memengaruhi hubungan pernikahannya.

Pria dan wanita sama-sama merasakan hal ini.
* Sekitar 74 persen wanita dan 64 persen pria merasa memikirkan mantannya terlalu sering.
* 76 persen wanita dan 70 persen pria pernah mencari tahu keadaan mantannya di internet.
* 50 persen wanita dan 40 persen pria mengatakan, mereka pernah atau sering melihat profil Facebook dan sosial media mantannya.

Meski memang ingin melepaskan mantannya dari pikiran, para responden tak kuasa melawan godaan kemudahan melirik keadaan si mantan lewat teknologi digital.

Facebook: 59 persen responden tetap berteman dengan si mantan di Facebook dan sekitar 48 persen (termasuk 42 persen pasangan yang sudah menikah) mengatakan, mereka terlalu sering melihat profil si mantan di Facebook serta media sosial lainnya.

Internet: Sekitar 74 persen responden pernah melihat sekaligus mencari tahu tentang si mantan di internet.

Foto: Sekitar 86 persen responden mengakui sering melihat foto-foto mantannya dan 14 persen responden yang sudah menikah mengakui sering melakukan hal ini dengan sering.

Kontak: Sekitar 50 persen responden pernah menelepon, mengirimkan pesan singkat, e-mail, ataupun chatting dengan mantan padahal seharusnya tidak boleh. Bagaimana dengan Anda, masih sering mencari tahu tentang si mantan di dunia maya?

sumber : http://www.facebook.com/permalink.php?id=161046337329849&story_fbid=337271243040690

Minggu, 07 April 2013

0 Filter dan Realita

Berikut sebuah kisah klasik mengenai seorang istri yang rajin menilai tetangganya. Setiap pagi saat duduk bersama sang suami di meja sarapan, sang istri selalu melihat tetangga mereka yang sedang menjemur bajunya dari jendela. "Mereka memang tidak tahu bagaimana nyuci baju. Lihat baju-baju yang mereka jemur, masih dekil dan kotor seperti itu", celotehnya. Hampir setiap pagi sang istri berkomentar demikian. "Tuh, lihat pagi ini lagi, saya tidak akan pernah nyuci baju sekotor itu!". Suatu pagi, sang istri terkejut. Saat ia melihat keluar jendela, ia melihat yang berbeda. "Wah! Akhirnya mereka tahu juga cara nyuci baju. Baru hari ini saya melihat baju-baju mereka bersih seperti itu!". Sang suami berkomentar singkat, "Tadi pagi saya bangun pagi-pagi, jendela itu sudah saya bersihkan!"


===============

Beberapa orang heran kenapa dunia begitu kejam terhadap mereka, betapa banyak sekali orang-orang di sekitarnya tidak menyukai mereka, betapa dunia selalu tidak sesuai harapannya. Beberapa selalu heran begitu banyak orang memperlakukan mereka tidak sesuai yang mereka iinginkan, mereka tidak dihormati, mereka tidak disukai, mereka dimusuhin, dan lain-lain. Beberapa heran sekali menemukan begitu banyak orang brengsek, begitu banyak orang yang nggak beres, dan lain-lain.
Nah, apakah dunia dan orang-orang tersebut memang seperti itu? Jawabannya sederhana saja. Kadang ini hanya masalah 'jendela' kita saja. Kadang ini hanya masalah bagaimana kita memfilter apa yang kita lihat, dengar dan alami. Jendela kita kotor, maka yang kita lihat juga kotor, walau sebenarnya bersih.
Yang hobby dengan kamera tahu bagaimana kita bisa mengatur apa yang bisa kita lihat di hasil pemotretan, dengan mengatur filter pada kameranya. Dan begitu luar biasanya bagaimana kita seolah bisa mengelola realita hanya dengan mengelola filternya.
Saya kenal seorang teman yang komplain setiap hari mengenai orang-orang yang ditemuinya. Ia heran kenapa banyak sekali orang-orang yang ia sebut 'nggak bener' di dunia ini. Teman akrabnya berganti-ganti, awalnya ia begitu dekat dengan mereka, hanya butuh bulanan ia berkomentar, "Mereka ternyata sama brengseknya dengan yang lain". Bahkan kalau ditanya mengenai orang-orang di sekitarnya, ia lebih cepat menyebut kekurangan mereka. Bahkan pembantunya pun diganti hampir setiap 3 bulan. "Tidak ada yang bisa saya percaya!" komentarnya singkat. Sekarang ia masih single. "Tidak ada pria yang baik, mereka semua sama saja!"

Lalu ada yang berganti-ganti pekerjaan setelah menemukan bahwa tidak ada perusahaan yang baik, tidak ada bos yang baik, sistem atau situasi kerja tidak baik, dan lain-lain. Lucunya, walau telah jadi sebuah pola dan mereka selalu komplain mengenai hasil dari pola tersebut, mereka menutup mata dan tidak ada sesuatu yang mereka lakukan untuk mematahkan pola tersebut. Padahal di situasi yang sama, begitu banyak orang lain bisa menikmatinya!
Selain kita bisa berbicara soal 'attraction' atau apa-apa yang secara konsisten kita tarik dan undang ke dalam kehidupan kita, kita juga bisa menilai 'jendela' atau 'filter' seseorang dari bagaimana ia melihat dunia dan orang-orang di sekitar. Anda pasti mengenal orang-orang yang seolah jatuh terus dalam situasi yang sama, bertemu terus dengan orang yang mirip, berhubungan terus dengan orang yang mirip, masuk ke pekerjaan yang sama, mengalami terus hal-hal yang sama. Dan yang lebih lucu, mereka juga selalu komplain mengenai hal yang sama! Bahkan saking secara tidak sadarnya mereka untuk mempertahankan 'jendela' atau 'filter' mereka tersebut, begitu ada sesuatu yang sebenarnya bermanfaat dan baik untuk mereka pun bisa mereka tolak atau mereka katakan 'tidak sesuai dengan saya' atau 'bukan gue banget!'. Mereka seolah sudah begitu menikmati jendela yang bisa membuat mereka menikmati kekotoran yang mereka lihat di luar. Jadi saat jendela mereka dibersihkan, karena merasa melihat sesuatu yang 'berbeda', mereka mengotori lagi jendela tersebut agar bisa melihat seperti biasa. Mereka seperti sudah adiktif terhadap jendela mereka yang kotor.
Apakah ini benar-benar soal realita? Atau apakah ini soal 'jendela' atau 'filter' di kepala kita saja? Perhatikan bahwa konsistensi kita masing-masing di apapun yang kita lihat, dengar, alami, sebenarnya menunjukkan 'jendela' atau 'filter' kita. Orang yang punya 'filter' percaya, baik, tulus, jujur, bersih, dan lain-lain, akan mempunyai realita yang berbeda sama sekali dengan yang punya 'filter' tidak percaya, curiga, sinis, iri, dan lain-lain. Dunia dari jendela kedua orang ini akan sangat berbeda terlihatnya! Oleh sebab itu sederhana Dr.Richard Bandler pernah berucap "Kualitas dunia luar adalah kualitas dunia di kepala kita" alias kita hanya melihat, mendengar, mengalami sesuai dengan filter kita. Ada yang lebih sering melihat dan mengalami dunia yang indah, orang-orang yang baik, pekerjaan yang baik, dan lain-lain, sementara ada yang terus mengalami dunia yang buruk, orang-orang yang jahat terhadap mereka, pekerjaan dan tanggung jawab yang berat, dan lain-lain.
Nah, kita semua hidup di bola dunia yang sama, dan di satu konteks, kita mengalami realita atau situasi yang sama dengan orang lain. Karena memiliki 'jendela' atau 'filter' yang berbeda, kita mempunyai penilaian yang berbeda-beda mengenai realita tersebut, walau berada di tempat, waktu, dan situasi yang sama.
Bagaimana Anda melihat, mendengar, mengalami hal-hal di sekitar Anda sehari-hari, ditentukan oleh 'jendela' atau 'filter' Anda. Akan ada yang menuntut orang lain berubah, situasi berubah, bahkan dunia berubah. Tapi Anda tahu? Walau orang lain berubah, situasi berubah, dunia berubah, karena mereka masih menggunakan 'jendela' atau 'filter' yang sama untuk menilai, bagi mereka sama saja! Orang baik, situasi bagus, pekerjaan bagus pun bisa terlihat jelek dari 'jendela' yang kotor.
PILIHAN bermanfaat adalah, saat Anda sadar dunia ini tampak begitu mengerikan, orang-orang di sekitar Anda mulai selalu tampak menjengkelkan, situasi mulai lebih sering tidak diinginkan, hal-hal mulai lebih banyak menentang Anda, dan semuanya itu seolah sudah mulai menjelma jadi pola konsisten, dan ternyata tidak Anda sukai dan hasilnya tidak sesuai yang Anda mau, maka mulailah bersihkan 'jendela' Anda! Mulailah sesuaikan 'filter' Anda, sampai Anda menemukan realita sesuai yang Anda inginkan!
Dunia tidak akan berubah sesuai semua keinginan Anda, tapi Anda bisa merubah bagaimana Anda melihat dunia!

0 Membangun Budaya Positif

“A great civilization is not conquered from without until it has destroyed itself from within. – Sebuah bangsa yang agung tidak dapat terkalahkan kecuali diakibatkan budaya-budaya di dalam masyarakat itu sendiri.”
Will Durant.

Budaya adalah sesuatu yang mempengaruhi pola kehidupan sekaligus dipengaruhi dinamika masyarakatnya. Sehingga perubahan budaya itu sendiri bersifat statis atau tak dapat kita elakkan. Salah satu contohnya adalah budaya Republik Rakyat Tiongkok yang sudah ikut mewarnai kehidupan dan budaya bangsa Indonesia.

oleh Andrie Wongso


Hal itu dikemukakan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Malam Peringatan 50 Tahun Kerjasama Kebudayaan RI dan RRT. Kebetulan saya menjadi salah seorang tamu undangan pada acara yang diselenggarakan pada tanggal 28 Februari 2007 lalu. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa selama ini telah terjalin komunikasi lintas etnis antara bangsa Indonesia dan Tionghoa dan sudah mempengaruhi budaya bangsa Indonesia.

Dalam acara pertunjukan budaya yang dimeriahkan oleh artis-artis RRT dan Indonesia serta dihadiri sejumlah pejabat negara dan sekitar 5.000 orang itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah terbuka dan mampu menyesuaikan diri lewat komunikasi budaya. Pemerintah RI pun mendukung perubahan tersebut, salah satunya adalah menetapkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional.

Berbicara tentang ragam budaya yang dinamis dan saling mempengaruhi, sesungguhnya yang terpenting bagi kita adalah mengambil nilai positif dari pengaruh budaya yang ada, terutama di tengah gencarnya pengaruh gaya hidup modern di era globalisasi ini. Sebagaimana seorang ahli sejarah, yaitu Will Durant, menyebutkan bahwa sebuah bangsa yang agung sekalipun dapat hancur akibat budaya bangsa itu sendiri. Sehingga kita harus pandai menyeleksi apakah budaya yang masuk itu menjadikan kita lebih maju ataukah tidak.

Salah satu faktor yang harus kita perhatikan apakah nilai-nilai budaya tersebut membuat kita mampu bersikap saling menghargai? Karena budaya sikap yang membeda-bedakan berdasarkan status, jabatan, pendidikan dan lain sebagainya menjadikan kita sulit mencapai kemajuan. “The way you give your name to others is a measure of how much you like and respect yourself. – Cara Anda menghargai orang lain merupakan tolok ukur seberapa besar cinta dan penghargaan Anda terhadap diri sendiri,” kata Brian Tracy. Sikap saling menghargai memungkinkan kita dapat mengesampingkan perbedaan dan sama-sama aktif mengembangkan diri, berkreasi, berinovasi dan mencapai kemandirian.

Selain itu kita dapat melihat kemajuan pesat yang dicapai bangsa Jepang dalam waktu relatif singkat. Salah satu faktor yang menstimulasi kemajuan tersebut adalah kerja keras bangsa Jepang sendiri. Sedangkan mekanisme di negara tersebut bersifat mendukung dan menghargai kerja keras seseorang. Kitapun kemungkinan besar dapat mencapai kemajuan dalam kurun waktu yang cukup cepat jika kita berusaha menyerap dan menerapkan budaya sikap aktif dan kerja keras seperti yang dilakukan oleh bangsa Jepang.

Salah satu budaya positif lain yang mesti kita miliki adalah kesederhanaan, meskipun mungkin kita dapat hidup serba mewah dan modern. Hidup sederhana bukan berarti tidak memanfaatkan segala fasilitas yang memungkinkan kita lebih maju dalam waktu cukup cepat, melainkan hidup hemat, tidak boros atau berlebih-lebihan.Kata Henry David Thoreau, “A man is rich in proportion to the things he can afford to let alone. – Seseorang yang mampu hidup sederhana, maka ia tidak akan pernah merasa kekurangan.”

Selain itu kita juga harus memperhatikan apakah budaya yang akan kita ikuti bermanfaat bagi kehidupan dan kemanusiaan? Budaya positif haruslah menumbuhkan empati dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena dunia ini penuh dengan orang-orang yang malang. Bagi diri kita sendiri membudayakan sikap yang penuh empati merupakan sumber semangat untuk terus berupaya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Budaya positif lainnya yang mesti kita serap dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya untuk menjadi subyek bukan sekedar menjadi obyek. Artinya, kita harus terbiasa bersikap aktif dan kreatif menciptakan karya baru yang bernilai jual tinggi. Budaya tersebut tentu saja memerlukan kesadaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, misalnya; senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui kursus, seminar, belajar dari buku dan orang-orang yang sudah berpengalaman dan lain sebagainya.

Sebenarnya masih sangat banyak budaya positif yang sangat bermanfaat untuk membangun kehidupan kita agar menjadi bangsa yang lebih sukses, kuat dan bermartabat. Terlebih di tengah derasnya modernisasi informasi dan serba cepat, kita dapat dengan mudah mengakses budaya-budaya positif dari berbagai macam etnis, suku, atau bangsa lain di seluruh bagian dunia ini. Meskipun mungkin agak sulit memulai, tetapi selama ada kemauan dan kita terus mencoba maka budaya-budaya positif itu lambat laun akan benar-benar menjadi warna kehidupan kita sehari-hari. Michael Jordan mengatakan, “I can accept failure. But I can’t accept not trying. – Saya dapat menerima kegagalan. Tetapi saya tidak dapat menerima jika tidak mencobanya.”
 

Catatan Kecil Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates